Senin, 09 Mei 2011

Pagi Bukan Awal

Pagi bukan awal dari segalanya. Pagi bukan awal dari aktivitas. Pagi bukan waktu yang awal. Itulah yang tertanam dalam pikirannya. Menjadikan sehari semalam itu sebagai sesuatu yang bulat tak berpangkal dan tak berujung yang bisa dimulai dari mana saja. Semangat itu muncul kapan saja. Memkikkan kata-kata yang menuh makna untuk dipikirkan dan diambil hikmahnya. Menjadi sebuah perkara besar jika menentangnya dengan membawa-bawa golongannya. Sangat sensitif pada sesuatuyang belum tentu benar. Mudah terpancing isu-isu yang sebenarnya Cuma memancing dia untuk berbicara, seperti terapi yang dilakukan oleh terapis yang menangani King George pada film King’s Speech. Menggunakan cara apa saja asalkan dia berbiacara, tanpa pandang waktu.


Anehnya, belakangan ini dia menjadi sangat bersemangat untuk berada dan tetap menjalankan amanahnya. Bersama-sama dalam kebenaran dan memperjuangkannya. Sekarang dia tidak begitu lincah berbicara. Banyak hal yang seharusnya disuarakan tetapi didiamkan. Ini menjadi sesuatu yang janggal untuk seorang aktivis. Aktivis yang mengaku peduli terhadap umat. Kapanpun, tidak pagi, siang ataupun malam. Mungkin cara saya menyampaikan ini tidak sesuai dengan EYD. Yang jelas teman-teman semua bisa membaca dan memahami apa yang saya tulis. Tidak peduli. Saya banyak belajar dari dia. Tidak peduli pada lingkungan yang membuatnya terganggu. Dia bisa kapan saja bermain “game, tidur, bekerja, atapun bersantai”, tanpa ada paksaan dari orang lain dan menghindari intervensi dari siapapun itu.

Kalau dia berbicara pasti bermakna. Namun jarang kami mendengar kata-kata penuh makna itu. Kata-kata itu keluar begitu saja. Mengalir seperti air tanpa hambatan. Dan berhenti begitu saja tanpa peduli, ada yang mendengar ataupun tidak, ada yang mengambil hikmah ataupun tidak. Menyampaikan. Itulah misinya.

Saya bingung dengan apa yang dia pikirkan. Saya tidak mengerti bagaimana cara dia mengerti saya. saya pun tidak tahu bagaimana harus memandangnya. Penuh kecurigaan, bisa saja. Namun itulah yang terjadi. Bukan karena kami berbeda atau karena kami mempunyai banyak kesamaan, namun karena kepercayaan yang belum terjalin. Selama ini ada banyak sekali kisah yang dijalani. Tetapi itu bukan awal dan tidak juga berakhir. Sampai saya menulis kalimat ini. Orang-orang mengatakan dia sudah mati. Dia sebenarnya tidak mati dalam hati saya. kami saling mengerti dan memahami. Ada banyak hal yang dia beritahukan kepada saya, melalui peninggalannya. Mati? Tidak.

Saya berubah pikiran untuk tetap bersama dia. Sesuatu yang tak berawal dan tak berakhir. Saya menjadi takut kehilangan dia. Namun, dia tak pernah mengerti apa yang saya inginkan. Atau dia pura-pura tidak mengerti. Sesuatu yang tidak tertebak. Tak satupun yang bisa menebak. Sekarang tepat pukul 15:00 hari Sabtu tanggal 7 Mei 2011, di depan laptopku, tak memakai baju, bersiap mengajar anak jalanan, dan HP berdering, saya mengucapkan ke dia. “Jangan tinggalkan AKU”. “I don’t know me”.
Kaluku Lolo
Abd. Muhni Salam Daeng Gassing
Asrama Putra Induk STKS Bandung kamar 11


0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Telah Berkunjung Ke Blog Saya

"Magical Template" designed by Blogger Buster