Kamis, 04 Agustus 2011

Cara Bijak Menghukum Anak

Tulisanku kali ini saya mengutip dari sebuah artikel yang dulunya pernah saya tempel di mading sekolah. Saya membuka-buka berkas lama, kertas-kertas tua yang saya simpan, dan ternyata sekarang saya semangat lagi untuk mempostingnya disini.

Judulnya cara bijak menghukum anak. Banyak orang tua cenderung menerapkan hukuman saat anaknya nakal atau berbuat salah. Padahal, hukuman yang tidak tepat bisa sangat merugikan anak.



http://www.ahliwasir.com/news/754/Cara-Paling-Efektif-Menghukum-Anak


Sebenarnya, punishment bukan cara yang paling baik dalam mendidik anak. Yang paling baik, anak diajak bicara dan dibuat mengerti. Bila dari awal hal ini dilakukan, maka tak perlu ada hukuman. Dengan kata-kata saja, anak bisa sadar kalau dirinya salah. Bahkan pada anak-anak yang sejak awal selalu diberi penjelasan yang cukup, ia pun akan gampang diajak bicara, maka sampai besar pun kalau ia membuat kesalahan akan mengaku sendiri tanpa orang tuanya perlu memberi hukuman.

Umumnya ada dua alasan orang tua menghukum anaknya: Pertama, orang tua punya target atau standar tingkah laku untuk anaknya, tetapi standar itu tidak dilakukan oleh anaknya. Kedua, ada tingkah laku tertentu yang biasa dilakukan oleh anak yang ingin dihentikan oleh orang tuanya. Bisa jadi, tingkah laku itu baik, tetapi karena berlebihan, jadi harus dihentikan. Selain itu, tak jarang pula, orang tua menghukum anaknya lantaran tak punya alternatif lain untuk menghentikan tingkah laku anak. Ini namanya orang tua yang tidak kreatif.

Tujuan Menghukum Anak
Sebetulnya ada tiga tujuan yang harus dipahami orang tua ketika menghukum anak.

1. Penegakan Aturan
Anak harus tahu bahwa setiap rumah tangga memiliki aturan yang wajib dipatuhi oleh seluruh anggota keluarga, termasuk dirinya. Mereka yang melanggar aturan tersebut tentunya patut dihukum.

2. Pendidikan
Artinya hukuman yang diberikan bukan semata-mata bertujuan menghakimi si pelanggar aturan, melainkan juga menyampaikan misi pendidikan, mengenalkan mana yang salah dan mana yang benar pada anak.

3. Motivasi
Setiap hukuman harus disertai penjelasan bahwa tindakan anak yang salah harus diperbaiki dan tidak boleh diulangi lagi dikemudian hari.

Rambu-Rambu Menghukum
Nah, agar hukuman yang diberikan berjalan efektif, tidak kelewatan ringan maupun kelewat batas, maka harus diperhatikan rambu-rambunya.

Sesuai Kadar Kesalahan
Andai kesalahannya tergolong ringan, semisal lupa mencuci tangan saat mengambil makanan. Maka contoh hukuman yang baik adalah dengan tidak mengizinkan menyentuh makanan sebelum mencuci tangan. Sebaliknya bila kesalahan tergolong berat, misalnya merokok, maka hukumannya perlu diperberat, misalnya dengan tidak memberinya uang jajan.

Harus Cukup Signifikan
Artinya, perbuatan yang dilakukan anak dan konsekuensi yang diterimanya harus seimbang. Jadi anak bisa melihat langsung dampak perbuatannya dengan hukuman yang ia terima, sehingga hukuman pun menjadi efektif. Misalnya, si kecil terlalu lama menonton TV, lalu dihukum masuk kamar. Hukuman ini tak akan berpengaruh secara psikologis, dibanding jika orang tua menghukum anak tak boleh nonton TV selama seminggu. Ia melihat bahwa konsekuensi dari perbuatannya berdampak tak mengenakkan baginya.

Harus Konsisten
Kalau suatu saat kita menerapkan aturan, "Kamu tidak boleh nonton TV sebelum mengerjakan PR", maka penegasan tersebut harus berlaku dalam kondisi apapun.

Jangan Berlebihan
Hukuman yang diberikan secara berlebihan hanya akan membuat anak merasa disakiti, sementara ia sama sekali tidak mendapat pelajaran apapun dari kesalahan yang telah dilakukannya. Bukan cuma itu, anak pun akan merasa diperlakukan tidak adil sehingga memupuk keinginan untuk memberontak. Dengan kata lain, tujuan dengan adanya perubahan perilaku yang diharapkan dengan pemberian hukuman tersebut tidak tercapai.

Tidak Bersifat Fisik yang Menyakiti
Menyakiti fisik bukan cara yang tepat untuk memberikan motivasi dan penghargaan. Contohnya, dengan mengurungnya dalam kamar mandi. Hukuman seperti itu sama sekali tidak akan membuat anak jera dan menghentikan aktivitas negatifnya. Ia hanya akan bertanya-tanya, kenapa saya diperlakukan seperti ini? Apakah merokok itu salah? Bagaimana jika ayah dan ibunya juga perokok? Ujung-ujungnya, motivasi anak untuk meninggalkan perbuatannya sulit diharapkan.

Tidak Mempermalukan Anak Di Depan Umum
Kerap terjadi, ketika menghukum anaknya, orang tua kerap lupa memperhatikan lingkungan sekitar atau justru menghukumnya dengan cara memperlihatkannya di depan umum. Akibatnya muncul masalah baru yakni perasaan rendah diri pada anak. Sementara masalah yang membuat anak dihukum malah tidak terselesaikan.

Tidak Menyerang Pribadi Anak
Hukuman harus diberikan secara fokus pada kesalahan yang telah diperbuatnyaagar bisa diperbaiki jangan menyerang atau menghakimi dirinya secara pribadi, misalnya menyebut anak dengan kata-kata seperti pemalas, nakal, tidak bisa diatur, jorok, jelek, penyakitan atau kata-kata sejenisnya.

Bersifat Konstruktif
Hukuman harus mampu membuat anak lebih peka dan terbangkitkan hati nuraninya. Konkretnya, anak akan menjadi paham mana tindakan yang salah dan perlu dihukum, mana pula yang tidak. Dengan begitu, anak bisa menghindari kesalahan yang pernah dilakukannya dengan mengontrol sendiri perilakunya.

Bisa Dikomunikasikan
Sampaikan pada anak apa kira-kira bentuk hukuman yang akan diterimanya jika melakukan kesalahan tertentu. Saata atau setelah menghukum anak oun kita harus mengkomunikasikan kenapa dia dihukum. Penjelasan semacam ini sangat dibutuhkan, sehingga anak tahu persis alasan kenapa dia dihukum.

Beberapa cara-cara di atas mudah-mudahan bisa menyadarkan dan meberikan hidayah kepada para orang tua yang masih sering menghukum anaknya dengan cara yang tidak bijak.
Salam Semangat dari Kaluku Lolo

20 komentar:

Awaluddin Jamal mengatakan...

pernah ko baca yang Manilal gandhi (anaknya mahatma gandhi) hukum anaknya kah ? itu kayaknya contoh nyata bagaimana seharusnya orang tua memberikan "pelajaran" bagi anak-anaknya..

http://forum.vivanews.com/archive/index.php/t-122017.html

Rina Anriani Tacok mengatakan...

calon bapak yg baik Saudara Muhni .... hahahaahaaaaa.... tp 2 jempol buat postingannya!!!!!

Muhni mengatakan...

@kanda awaluddin jamal: ndag pernahka... nanti sya baca.. makasih infonya

@rina andriani tacok: hahaha Makasih :)

pengobatan kanker paru-paru mengatakan...

sala kenal,

pengobatan nyeri haid mengatakan...

wah mantap tuh infonya,

pengobatan migren mengatakan...

lanjutkan,,

pengobatan infeki saluran kemih mengatakan...

makasih infonya,,

pengobatan kanker payudara mengatakan...

nice info

Ngurah mengatakan...

Cara ini sangat cocok untuk dipraktekkan untuk anak

Pengobatan Keputihan mengatakan...

salam kenal

pengobatan gagal ginjal mengatakan...

i like this

pengobatan kanker porstat mengatakan...

good info

Obat Tradisional Insomnia mengatakan...

semoga sukses selalu

Obat Tradisional Kanker Otak mengatakan...

Salam kenal dan sukses selalu

Obat Tradisional Diabetes Melitus mengatakan...

infonya sangat bermanfaat sekali

Obat Tradisional Penyakit Kanker Paru-Paru mengatakan...

thank's infonya

Obat Tradisional Penyakit Kanker Otak mengatakan...

Ikut gabung sisni ea

Obat Tradisional Penyakit Liver mengatakan...

sukses terus ea

Obat Tradisional Penyakit Patah Tulang mengatakan...

jangan lupa mampir balik ya gan

Obat Penyakit Kanker Prostat mengatakan...

bila anak tidak diajarkan hal itu dari kecil dan sekarang sudah terlanjur anak menjadi anak yang nakal dan susah untuk diberitahu dan dikasih hukuman apapun tetap saja kelakuannnya seperti itu , apa sebaiknya yang harus dilakukan ya gan ?

Posting Komentar

Terima Kasih Telah Berkunjung Ke Blog Saya

"Magical Template" designed by Blogger Buster