Jumat, 05 Agustus 2011

Skenarioku Vs Mama

Hari ini sebuah rahasiaku terbuka. Awalnya rencanaku saya akan mengambil "jatah" libur selama 2 minggu dalam perkuliahan Ramadhan kali ini. Namun, semua itu hanya harapan yang tak bakal terwujud. Saya mau menghabiskan Ramadhan di Takalar bersama orang tua tercinta, dan Keluarga tersayang. Harapan itu akan jadi pemicuku untuk terus berprestasi. Semoga. Itu semua diakhiri oleh kejadian tadi siang.

Siang tadi saya asik ngobrol dengan Mama tentang kuliahku di Bandung. Semuanya sangat cair suasana bersama ibuku tercinta. Sampai pada suatu pembicaraan tentang perjalanan karier belajarku di STKS Bandung.


Beliau bilang, "Kapan kuliahmu lagi nak?", saya dengan spontan menjawab bahwa Senin depan. Beliau langsung bilang kenapa belum ada rencanamu pulang. Kujawab, saya mau ambil jatah tidak hadir. Mamaku langsung bilang bahwa dia sangat ingin melihat saya selesai kuliah tanpa cacat kehadiran hanya karena persoalan sepele. Dan harapan tadipun hilang.

Saya langsung disuruh untuk mengecek harga tiket di internet. Setelah dapat penerbangan yang cocok. Saya menelpon agen travel langganan saya, dan segera memesan tiketnya. Sekarang saat menulis postingan ini, dato dan keluarga saya selain Papi dan Mama belum ada yang tahu. Padahal pasti mereka mau menyiapkan oleh-oleh untuk saya. hehe (keGeeRan yah)

Mungkin besok saya akan sampaikan ke mereka. Saya juga belum memberitahu sahabat-sahabat terdekat. Malahan tadi ada yang mengundang untuk berbuka puasa bersama di rumahnya saya tidak menghadirinya karena harus ngurusin ini semua, padahal saya lagi pilek berat nih...

Pelajaran baru lagi saya dapatkan malam ini bahwa, sebelum kamu berencana tentang masa depanmu yang akan melibatkan orang tua dan selagi kamu bisa meminta restu darinya maka mintalah, selagi mereka masih bisa meretuimu.
Maafkan ka' ma',,,

SEMANGATKU ini takkan pernah redup sampai saya mendapatkan IMPIANKU. Setelah saya mendapatkannya maka SEMANGAT ini akan semakin membara.
Selengkapnya...

Kamis, 04 Agustus 2011

Sebuah SMS dari +6285242728xxx

Satu malam satu lembar saja
Diam dan mulailah menuliskannya!

Bukankah janjimu ingin menjadi orang yang sukses??
Janganlah membuat mereka meneteskan air mata
Bukankah harapan mereka tidak mengada-ngada?

Hanya ingin melihat kamu menjadi seorang sarjana!!
Dengan kamu menjadi sarjana dapat mengeringkan semua keringat mereka
Menghapus air mata mereka
Membayar semua pengorbanan mereka

Ingat!!!
Bukan emas dan permata sebagai bentuk balas jasa
Hanya kata sederhana

Lupakah kaau waktu mereka mengantarkanmu ke kota,
Mereka pulang lalu bercerita kepada siapa saja bahwa anak mereka sekarang kuliah guna ingin mencapai cita-citanya

Lalu mereka menjual apapun yang ada
Mereka mulai menghemat uang belanja
tau siapa "MEREKA"?
Mereka adalah orang Tuamu
Berikan yang Terbaik buat mereka Selengkapnya...

Cara Bijak Menghukum Anak

Tulisanku kali ini saya mengutip dari sebuah artikel yang dulunya pernah saya tempel di mading sekolah. Saya membuka-buka berkas lama, kertas-kertas tua yang saya simpan, dan ternyata sekarang saya semangat lagi untuk mempostingnya disini.

Judulnya cara bijak menghukum anak. Banyak orang tua cenderung menerapkan hukuman saat anaknya nakal atau berbuat salah. Padahal, hukuman yang tidak tepat bisa sangat merugikan anak.



http://www.ahliwasir.com/news/754/Cara-Paling-Efektif-Menghukum-Anak


Sebenarnya, punishment bukan cara yang paling baik dalam mendidik anak. Yang paling baik, anak diajak bicara dan dibuat mengerti. Bila dari awal hal ini dilakukan, maka tak perlu ada hukuman. Dengan kata-kata saja, anak bisa sadar kalau dirinya salah. Bahkan pada anak-anak yang sejak awal selalu diberi penjelasan yang cukup, ia pun akan gampang diajak bicara, maka sampai besar pun kalau ia membuat kesalahan akan mengaku sendiri tanpa orang tuanya perlu memberi hukuman.

Umumnya ada dua alasan orang tua menghukum anaknya: Pertama, orang tua punya target atau standar tingkah laku untuk anaknya, tetapi standar itu tidak dilakukan oleh anaknya. Kedua, ada tingkah laku tertentu yang biasa dilakukan oleh anak yang ingin dihentikan oleh orang tuanya. Bisa jadi, tingkah laku itu baik, tetapi karena berlebihan, jadi harus dihentikan. Selain itu, tak jarang pula, orang tua menghukum anaknya lantaran tak punya alternatif lain untuk menghentikan tingkah laku anak. Ini namanya orang tua yang tidak kreatif.

Tujuan Menghukum Anak
Sebetulnya ada tiga tujuan yang harus dipahami orang tua ketika menghukum anak.

1. Penegakan Aturan
Anak harus tahu bahwa setiap rumah tangga memiliki aturan yang wajib dipatuhi oleh seluruh anggota keluarga, termasuk dirinya. Mereka yang melanggar aturan tersebut tentunya patut dihukum.

2. Pendidikan
Artinya hukuman yang diberikan bukan semata-mata bertujuan menghakimi si pelanggar aturan, melainkan juga menyampaikan misi pendidikan, mengenalkan mana yang salah dan mana yang benar pada anak.

3. Motivasi
Setiap hukuman harus disertai penjelasan bahwa tindakan anak yang salah harus diperbaiki dan tidak boleh diulangi lagi dikemudian hari.

Rambu-Rambu Menghukum
Nah, agar hukuman yang diberikan berjalan efektif, tidak kelewatan ringan maupun kelewat batas, maka harus diperhatikan rambu-rambunya.

Sesuai Kadar Kesalahan
Andai kesalahannya tergolong ringan, semisal lupa mencuci tangan saat mengambil makanan. Maka contoh hukuman yang baik adalah dengan tidak mengizinkan menyentuh makanan sebelum mencuci tangan. Sebaliknya bila kesalahan tergolong berat, misalnya merokok, maka hukumannya perlu diperberat, misalnya dengan tidak memberinya uang jajan.

Harus Cukup Signifikan
Artinya, perbuatan yang dilakukan anak dan konsekuensi yang diterimanya harus seimbang. Jadi anak bisa melihat langsung dampak perbuatannya dengan hukuman yang ia terima, sehingga hukuman pun menjadi efektif. Misalnya, si kecil terlalu lama menonton TV, lalu dihukum masuk kamar. Hukuman ini tak akan berpengaruh secara psikologis, dibanding jika orang tua menghukum anak tak boleh nonton TV selama seminggu. Ia melihat bahwa konsekuensi dari perbuatannya berdampak tak mengenakkan baginya.

Harus Konsisten
Kalau suatu saat kita menerapkan aturan, "Kamu tidak boleh nonton TV sebelum mengerjakan PR", maka penegasan tersebut harus berlaku dalam kondisi apapun.

Jangan Berlebihan
Hukuman yang diberikan secara berlebihan hanya akan membuat anak merasa disakiti, sementara ia sama sekali tidak mendapat pelajaran apapun dari kesalahan yang telah dilakukannya. Bukan cuma itu, anak pun akan merasa diperlakukan tidak adil sehingga memupuk keinginan untuk memberontak. Dengan kata lain, tujuan dengan adanya perubahan perilaku yang diharapkan dengan pemberian hukuman tersebut tidak tercapai.

Tidak Bersifat Fisik yang Menyakiti
Menyakiti fisik bukan cara yang tepat untuk memberikan motivasi dan penghargaan. Contohnya, dengan mengurungnya dalam kamar mandi. Hukuman seperti itu sama sekali tidak akan membuat anak jera dan menghentikan aktivitas negatifnya. Ia hanya akan bertanya-tanya, kenapa saya diperlakukan seperti ini? Apakah merokok itu salah? Bagaimana jika ayah dan ibunya juga perokok? Ujung-ujungnya, motivasi anak untuk meninggalkan perbuatannya sulit diharapkan.

Tidak Mempermalukan Anak Di Depan Umum
Kerap terjadi, ketika menghukum anaknya, orang tua kerap lupa memperhatikan lingkungan sekitar atau justru menghukumnya dengan cara memperlihatkannya di depan umum. Akibatnya muncul masalah baru yakni perasaan rendah diri pada anak. Sementara masalah yang membuat anak dihukum malah tidak terselesaikan.

Tidak Menyerang Pribadi Anak
Hukuman harus diberikan secara fokus pada kesalahan yang telah diperbuatnyaagar bisa diperbaiki jangan menyerang atau menghakimi dirinya secara pribadi, misalnya menyebut anak dengan kata-kata seperti pemalas, nakal, tidak bisa diatur, jorok, jelek, penyakitan atau kata-kata sejenisnya.

Bersifat Konstruktif
Hukuman harus mampu membuat anak lebih peka dan terbangkitkan hati nuraninya. Konkretnya, anak akan menjadi paham mana tindakan yang salah dan perlu dihukum, mana pula yang tidak. Dengan begitu, anak bisa menghindari kesalahan yang pernah dilakukannya dengan mengontrol sendiri perilakunya.

Bisa Dikomunikasikan
Sampaikan pada anak apa kira-kira bentuk hukuman yang akan diterimanya jika melakukan kesalahan tertentu. Saata atau setelah menghukum anak oun kita harus mengkomunikasikan kenapa dia dihukum. Penjelasan semacam ini sangat dibutuhkan, sehingga anak tahu persis alasan kenapa dia dihukum.

Beberapa cara-cara di atas mudah-mudahan bisa menyadarkan dan meberikan hidayah kepada para orang tua yang masih sering menghukum anaknya dengan cara yang tidak bijak.
Salam Semangat dari Kaluku Lolo

Selengkapnya...

Senin, 01 Agustus 2011

Puasa Pertamaku diUji

Hari ini puasa pertama kita di Bulan Ramadhan 1432 H. Tarwih dan Sahur pertama sudah dijalankan dengan sukses. Nah, sekarang saatnya menahan nafsu. Karena memang hakikat puasa adalah menahan, jadi yah, memang semuanya harus dijalani dengan sabar dan ikhlas. Saya ingat kata-kata teman saya, Nurul Ifadah, kalau kamu bertemu orang yang menguji kesabaranmu maka dia adalah malaikat. Dan hari ini saya bertemu banyak malaikat.



sumber gambar: http://boerhanadie.blogspot.com/2011/01/sabar.html


Malaikat pertama, membangunkanku dengan telpon, jam 08.30. Alhamdulillah, masih ada orang yang mau nelpon dan minta bantuanku. Menyuruhku membeli telur 2 rak dan harus naik motor matic. Subhanallah, syukuri nikmat.

Malaikat kedua, sms masuk, dan bunyinya "titip regis dmona mko, saya lupa ii nrpmuu". Sentak hatiku membara, karena nasib registrasiku belum jelas untuk semester 5. Orang yang saya percaya registrasi untuk saya sudah jauh-jauh hari sebelumnya ternyata tidak melaksanakan amanahnya. Dan dia baru memberi tahunya hari ini. Hari pertama puasa, kampus tutup selama 3 hari, dan registrasi terakhir adalah besok. Saya tidak tahu harus bagaimana. Saya telpon teman saya lagi, Monalisa Jaya (http://monalisajaya.blogspot.com/) dia bersedia, tetapi tidak mengeti cara registrasinya, dan akhirnya, dia bersedia untuk membantu saya, dengan catatan dia juga minta ditemani oleh orang lain yang mengerti. Paling tidak, saya selamat dulu. Jantungku mendidih, kini sudah agak mereda.

Malaikat ketiga, saya disuruh lagi beli sesuatu, yang peintah itu saya terima kemarin, namun karena malas, akhirnya tertunda. Ketika saya mengunjungi toko-toko yang kemungkinan menjual barang tersebut, semuanya tutup, lagi-lagi karena hari pertama puasa. Murka tidak bisa dihindari. Hanya sabar yang diandalkan. Alhamdulillah lagi.

Malaikat keempat, dalam perjalanan pulang ke rumah, saya kaget karena ada yang seperti terbakar, anggapan awal saya adalah motorku yang bermasalah. Spontan saya mengamati, ternyata ada anak-anak yang main petasan yang melemparnya ke arah saya. Sabar lagi, kalau tidak sabar, bisa batal puasa saya. Saya rasa sudah cukup ujian ini, dan sekarang baru menunjukkan pukul 11.00 siang, puasa pertama ini baru setengah perjalanan, Ya Allah kuatkanlah hambaMu ini...

Semangat dari Bilacaddi Takkan Pernah Pudar, dan Takkan pernah MATI.

Selengkapnya...

Terima Kasih Telah Berkunjung Ke Blog Saya

"Magical Template" designed by Blogger Buster