Kamis, 28 April 2011

Jonathan, New Friend From America

Hari ini, 19 April 2011, saya mengakhiri kegiatanku di sebuah rungan kecil berAC dengan sejumlah komputer tak berCPU ini, bertemu dengan seorang kenalan baru dari Amerika, Jonathan. Menyebut “than” dengan menempatkan ujung lidah tepat di antara gigi depan bagian atas dan bawah. Weird and strange. Itu yang selalu diucapkannya.


Kenapa bisa ketemu? Menurut Ibu Yety, pembina UKM Bahasa STKS Bandung, yang kebetulan saya pimpin, beliau bertemu Jonathan di angkot, dan berbincang dengan Jonathan. Jonathan ini orangnya supel dan mudah bergaul, menurut beliau. Jadi Ibu Yety mengajaknya ke UKM Bahasa untuk berbagi pengalaman dengan teman-teman di UKM. Yah hanya sekedar share dengan Jonathan, tutur beliau.

Siapa aja yang datang? Kemarin itu yang datang ada Pak Indra, Ibu Yety, Ibu Loema, Mayang, Ria, Bambang, Yusup, Budi, Muhni, Umi, Iben, dan Jonathan. Yah, sedikitan tapi efektif. Itu yang selalu kita harapkan. Entah apa yang terjadi kalau saya tidak datang sore itu. Pasti nyesel, padahal di lain tempat organisasi yang saya Koordinir, yaitu Child Care Community mendapat kunjungan wartawan Pikiran Rakyat, yang ingin meliput kegiatan kami, tetapi saya tinggalkan demi sebuah pengalaman berbagi dengan bule periang ini.

Setelah selesai berdiskusi di kelas, ternyata Jonathan mempunyai Pekerjaan Rumah dari tempat kursus bahasa Indonesianya di Dago Pojok. Hari gini, kursus bahasa Indonesia,.. hmmm.. tetapi itulah yang terjadi dengan Jonathan, bule gaul dari Amerika ini. Saya diwawancarai oleh Jonathan. Jonathan menanyakan 5 buah pertanyaan yang berkaitan dengan cara orang Indonesia untuk memberikan dorongan atau motivasi kepada orang lain. Dan salah satu pertanyaan yang saya ingat adalah, “bagaimana cara Anda untuk memberikan motivasi dalam budaya Anda kepada orang lain yang berlawanan jenis?”. Nah, bagaimana caranya saya menjelaskan kepada bule ini tentang budaya saya dalam memberikan motivasi. Yah saya jawab dengan lugas, sebaiknya tidak memberikan motivasi berdua saja, tetapi harus didampingi oleh orang ketiga. Jawaban saya ini sepertinya berbeda dengan jawaban orang lain yang diwawancarainya sebelumnya. Dia melanjutkan pertanyaannya bahwa apa yang harus dia lakukan ketika Stefany, istrinya, tidak berada di rumah, dan dia hanya bersama dengan pembantunya, agar dia tetap terlihat baik oleh tetangganya? Saya langsung lagi menjawabnya dengan membuatnya menjadi lebih santai dan nyaman berada sama untuk betah share. Saya menjawab yang pertama, pintu rumah harus selalu terbuka di siang hari, karena melihat keadaan rumahnya yang lumayan ramai lingkungannya dan tidak memberikan peluang kepada perampok ataupun pencuri, agar segala aktivitas yang terjadi di dalam rumah dapat terus terkontrol oleh tetangga. Yang kedua harus selalu kelihatan dari luar, kalau tidur maka Anda sebaiknya menyuruh pembantu Anda untuk keluar rumah atau bertetangga. Maka itu akan membuat Anda sedikit terhindar dari fitnah.

Kami berdiskusi di ruangan bahasa, sampai jam 6 sore. Waktu maghrib masuk. Dan saya harus kembali ke asrama. Di perjalanan ternyata saya dan dia juga searah rumahnya. Maka, saya melanjutkan ngobrol lagi, mengobrol tentang anak jalanan, perbandingan anak jalanan Amerika dan anak jalanan Bandung. Menarik dan banyak ilmu yang saya bisa dapat hari itu. Semoga akan menjadi awal yang baik dalam hidup ini. Menjadi sebuah pengalaman yang walaupun seumur jagung, namun akan tumbuh dan membuat penanamnya bangga.
Sekian
Kaluku Lolo
Abd. Muhni Salam Daeng Gassing

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Telah Berkunjung Ke Blog Saya

"Magical Template" designed by Blogger Buster