Minggu, 24 Oktober 2010

PSM Vs PERSIB

Kemarin 23 Oktober 2010, pukul 19.00 WIB, PSM Makassar akan bertanding melawan PERSIB Bandung dalam rangka Liga Super Indonesia di Stadion Siliwangi Bandung. Stadion ini, terletak berdekatan dengan Asrama Lontara asrama khusus anak-anak Sulawesi Selatan yang kuliah di Bandung. Jadi kemarin itu, asrama Lontara menjadi basecamp untuk para The Macz Man, yang notabene mahasiswa Sulawesi Selatan yang kuliah di Bandung. Dan ada juga yang datang langsung dari Makassar demi melihat Jagoannya beraksi di lapangan hijau Siliwangi Bandung.


Pada kesempatan ini, saya akan menuliskan tentang bagaimana perjuangan The Macz Man untuk menonton PSM Makassar. Awalnya mereka berkumpul di kampus tercinta STKS Bandung untuk bersama-sama berangkat ke sana. Mereka ngumpul sekitar jam 16.00, setelah Ashar. Dan langsung menuju basecamp Asrama Lontara. Dan baru menuju stadion sekitar jam 17.30. Saya yakin mereka tidak sholat lagi. Oia, Just Info buat teman-teman, kemarin saya tidak ikut menonton pertandingan itu, karena saya masih harus menyelesaikan tugas sebagai pembina Karisma ITB, di Lapangan Rumput Salman ITB, untuk Lingkar Ukhuwah. Baca Postingan ini untuk selengkapnya. Tulisan ini saya tulis langsung setelah mendengar cerita dari Sahabat saya Muhammad Arief Setiawan.

Sesampainya di Stadion Siliwangi, ternyata tempat yang sudah diincar, yaitu sudut kanan bekang sudah terisi, dan akhirnya para The Macz harus berada di posisi yang sangat rawan, yaitu di tengah-tengah para Viking dan Boboto. Maaf sebelumnya untuk kesalahan pada penulisan nama. The Macz memang minoritas di sana, namun semangatnya tidak akan pernah surut dan tidak akan pernah mati untuk selalu mendukung PSM Makassar.

Pertandingan berlangsung dengan cukp hangat dan suasana pendukung masih kondusif, meskipun beberapa cacian dari Viking sudah terdengar, namun itu masih dalam batas kewajaran. Para supporter dari tim manapun di Indonesia memang bermental seperti itu. Masih banyak yang susah diatur, namun tidak sedikit yang sudah profesional dan bersikap dewasa dalam mendukung para pemainnya.

Mungkin suasana mulai tegang saat Obiora, pemain PSM mencetak gol yang pertama ke dalam gawang PERSIB Bandung. Refleks semua pendukung PSM, berdiri dan bersorak. Skor menjadi 1-0. Viking merasa, gimana gitu, dan akhirnya mulailah para Viking melempar-lempar air dan batu-batu kecil ke arah The Macz Man. Untung saja, masih tidak terlalu parah, dengan munculnya Bomber yang memberikan pengamanan kepada The Macz Man. Bomber segera mengambil posisi berbaris di sekeliling The Macz Man, namun tetap saja ada yang melempar berbagai jenis material ke arah The Macz, sampai air kencing dalam botol pun ikut melayang dan menghambur ke arah para The Macz. Sungguh kejadian yang sangat tidak saya harapkan, dan menjadi alasan untuk saya selanjutnya tidak menonton pertandingan langsung di lapangan. Dan sampailah waktu istirahat. Setelah istirahat 15 menit, pertandingan dilanjutkan kembali.

Para Bomber dengan bijak menghalau kejadian itu, dan mulai berkurang, setelah Atep mencetak Gol dengan sebuah tendangan Penalty ke gawang PSM Makassar. Dan kedudukan sekarang menjadi 1-1. Mereka sudah mulai agak tenang dan lebih tenang dengan adanya Bomber. Sampai-sampai semua aktivitas mendukung PSM, terhenti. Korlap PSM pun yang berteriak-teriak mendukung PSM, disarankan untuk tenang saja, untuk menghindari keributan, dan agar emosi para supporter PERSIB bisa dikendalikan oleh Bomber.

Ketegangan itu kembali lagi terjadi setelah Wildansyah melakukan gol bunuh diri ke gawang PERSIB, dan itu berarti merubah kedudukan menjadi 2-1 untuk PSM. PSM unggul sampai peluit panjang ditiup oleh wasit. Tetap saja keadaan tidak profesional terjadi. Para Viking mendorong dengan emosi, namun masih bisa ditenangkan oleh Bomber. Para pendukung PERSIB Bandung, keluar lapangan terlebih dahulu dan baru selepas itu The Macz Man keluar. Setelah keluar dari pintu stadion, The Macz kembali diundang masuk melalui pintu utama untuk foto bareng dengan pemain PSM dan berbincang-bincang sekitar 30 menit. Dan barulah mereka semua pulang ke kosan ataupun asrama masing-masing.

Harapan saya untuk para supporter tim manapun, supaya bisa menghargai supporter pendatang, sehingga tidak terjadi hal-hal yang bersifat anarki dan kampungan. Biasakanlah menjadi seorang supporter tang sportif dan tidak emosional, sehingga pertandingan sepak bola di tanah air benar-benar bisa menjadi pemersatu dan pemererat hubungan silaturahmi antarpendukung. Sepak bola hanya salah satu wadah pemersatu, bukan satu-satunya. Dan janganlah jadikan wadah ini menjadi pemecah belah antarsuku dan antarsupporter di Indonesia. Bersikap dewasalah bersikaplah layaknya orang dewasa. Mudah-mudahan bermanfaat.
Sekian. Tetap jaya Sepak Bola Indonesia.^^

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Telah Berkunjung Ke Blog Saya

"Magical Template" designed by Blogger Buster