Rabu, 14 April 2010

Mulut yang "BAU" Cerminan Hati Ini

Setiap manusia mempunyai perasaan yang sangat peka dan mempunyai tingkat perasa yang berbeda-beda. Perasaan ini sangat penting untuk dijaga dan diperhatikan jika melakukan interaksi dengan orang lain. Orang yang menjadi lawan bicara kita, selalu saja bisa menangkap maksud perkataan kita, baik itu dari segi materi pembicaraan, maupun maksud pembicaraan dari gaya bahasa dan cara berbicaranya. Oleh karena itu, yang perlu kita ingat adalah BAGAIMANA CARA MENGEMUKAKAN SESUATU YANG BAIK KEPADA ORANG LAIN.
Dalam ilmu psikologi, cara bicara seseorang bisa mencerminkan perasaan dan hati seorang pembicaranya. Jika pembicaraannya baik, maka banyak sedikitnya materi pembicaraan itu, pasti bisa dia amalkan. Begitu juga sebaliknya, jika materi dan bahan pembicaraannya tidak baik, maka banyak sedikitnya materi pembicaraannya itu, akan secara langsung maupun tidak langsung tercermin kepada perbuatannya, baik disengaja maupun tidak disengaja.



Hati dan pikiran (dalam hal ini otak) yang mampu mengolah segala bentuk hasil pembicaraan yang dibicarakan, akan sangat berpengaruh terhadap output atau respon dari lawan bicara. Jika lawan bicara yang kita ajak bicara sangat antusias mendengarkan pembicaraan kita, maka ini akan menjadi pembicaraan yang menarik antara keduanya. Maka pembicaraan tersebut masih sesuai dengan kepribadian dan tidak bertentangan dengan perasaan keduanya. Namun, jika salah satu lawan bicara kita sudah menunjukka perasaan dan perilaku yang berbeda dari biasanya, dalam hal ini sudah tidak memperhatikan lagi materi maupun maksud dan gaya bicara kita, maka pastikanlah ada sesuatu yang salah atau kurang berkenan dengan hati atau perasaan lawan bicara kita. Hal ini tentu tidak sesuai dengan harapan pembicaraan yang diinginkan oleh lawan bicara kita.
Saya sangat memperhatikan hal-hal tersebut dalam proses-proses yang saya lakukan sehari-hari dalam aktivitas kampus, organisasi, masyarakat, maupun di kamar asrama saya sendiri. Semua itu merupakan tempat saya bersosialisasi sehari-hari. Dalam proses-proses yang terjadi itu, saya melihat adanya bebrapa hal yang kurang bisa dimengerti oleh mereka terhadap apa yang saya maksud di atas. Mereka terkadang sudah melakukan sesuatu yang menurut saya sudah tidak saya sukai (versi saya) namun ini tetap saja berlanjut dalam proses sosialisasi tersebut. Proses ini berlangsung dalam waktu yang masih sebentar namun bisa saja terjadi dalam waktu yang lama ke depan. Untuk menjadikan hal tersebut kembali dalam koridor yang kedua belah pihak anggap sesuai dengan nilai yang berlaku dalam diri mereka sendiri selama belum melanggar nilai-nilai yang berlaku yang lebih luas lagi, maka diperlukan kesadaran pribadi masing-masing. Mungkin saja dengan membaca postingan ini, setiap pribadi-pribadi yang merasa bersosialisasi dengan orang lain, dapat memperhatikan materi dan cara bicaranya, karena mulut yang “bau”, bisa menjadi tolak ukur seseorang terhadap diri kita.
Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam tulisan ini, terdapat kesalahan. Sekian.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Telah Berkunjung Ke Blog Saya

"Magical Template" designed by Blogger Buster