Minggu, 18 April 2010

Membenarkan Kebiasaan yang Belum Tentu Benar



Kebetulan tadi malam (17/4) saya mencoba ngutak-ngatik blog saya di bantu oleh senior saya. Karena menggunakan modem, yang sudah umum di Asrama Putra Induk STKS Bandung itu sinyalnya kurang, jadi kita berdua naik ke menara air, kebetulan di depan asrama tempat tinggi dan strategis hanya itu. 1 jam kami di atas situ mengedit segala macamnya tentang blog ini, suasana masih sunyi, biasanya juga ramai pada hari-hari biasa, berhubung karena malam minggu dan kebetulan di kampus ada acara seni DST, jadi masih agak sepi. Tapi setelah sekitar jam 11an, teman-teman semua sudah pulang dari kegiatan rutin mereka pada malam minggu (maklum saja anak muda), mereka-mereka itu melihat saya dan senior saya yang sedang serius menulis dan menatap laptop, di tengah gelapnya dago pojok. Karena mereka menganggap itu sebuah pemandangan yang ganjil, ketika ada orang belajar hal-hal yang positif, meskipun saya sadar kalau tempatnya mungkin tidak tepat, tapi itu merupakan sebuah hal yang mereka tetap saja menganggapnya nggak biasa. Saya berbisik ke senior itu, “kayaknya ada yang aneh deh....”. tapi dia cuek saja, meskipun tak lama setelah itu kami turun dari menara itu.

Gambaran anak muda sekarang ini, dikaitkan dengan materi kuliah yang belakangan ini sering saya gembar-gemborkan belakangan ini, psikologi perkembangan: tugas perkembangan dewasa awal, mereka itu cenderung untuk melakukan tugas perkembangannya secara teoritis, namun mereka belum bisa untuk melaksanakan dan mengaplikasikan hijab-hijab yang sudah ditentukan. Ketika mereka berdua dengan pacar mereka yang sebagaimana kita lihat kehidupan bandung, maka mereka akan melihat itu sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja (bukan mengeneralisir, cuma kejadian di asrama saja), dan alangkah anehnya ketika ada orang yang belajar dan ingin tahu sesuatu, namun itu tidak sesuai dengan pandangan mereka, padahal hal itu benar. Benar kata Dedi Mizwar, Alangkah Lucunya Dunia Ini, karena memang ada sesuatu yang melekat pada diri kita yang belum bisa kita sesuaikan dengan buda kita seharusnya. Mereka cenderung membenarkan tindakan-tindakan yang mereka anggap sering mereka lihat, dan belum tentu hal itu yang di benarkan, dilihat dari perspektif budaya dan agama (khususnya Islam).
Ketika pun mereka menganggap itu sebagai sesuatu yang baik maka terang saja mereka akan memandang itu secara miring, bukan berarti miring apaan, tetapi mirng versi mereka sendiri. Kalau saya bisa menyarankan kepada pembaca sekalian, benar apa kata seior saya yang fotonya terpampang di mading rehsos yang mengutip sebuah slogan yang sudah agak usang namun tetap berarti, jangan menilai seseorang dari luarnya....
Sekian.


0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Telah Berkunjung Ke Blog Saya

"Magical Template" designed by Blogger Buster