Rabu, 21 April 2010

Cinta yang Sejati, Sabar Menunggu



Tadi malam saya menonton sebuah film dokumenter asli Makassar judulnya “Cinta samadengan Cindolo Na Tape”, cindolo itu modifikasi dari cendolo yang artinya cendol, makanan yang terbuat dari tepung kanji yang dimasak sampai mengental dan dimasukkan ke dalam cetakan kecil-kecil. Dan tape itu yah tape, beras ketan hitam yang dikukus dan diberi tagi lalu disimpan dalam tempat tertutup agar terfermentasi dan menjadi tape. Dari film ini saya melihat kisah dua orang anak SMP yang sedang dimabuk VMJ alias Virus Merah jambu. Sungguh sangat sayang, keadaan genarasi muda kita sekarang sudah sangat memprihatinkan, masih SMP sudah mengenal yang namanya CINTA. Cinta itu apa sich? Sebuah kata yang sangat dalam maknanya dan didefinisikan oleh sahabat saya Nurul Ifadah alias Nunu Duta pada saat SMA dulu, kalau tidak salah pada saat kelas dua SMA sekitar tahun 2008 yang saya lihat dalam buku catatannya.

Menurutnya cinta adalah kabut yang membutakan mata, menghalangi jiwa untuk melihat rahasia kehidupan, sehingga hati hanya melihat hantu-hantu hasrat yang bergetar di bukit-bukit dan hanya mendengar gema jerit tangis dari lembah-lembah yang bisu.

Sangatlah banyak ahli yang memberikan definisi cinta, namun kenapa saya justru mengambil definisi dari teman sekolah saya? Dalam definisi itu saya melihat sebuah makna yang sangat besar. Kata-kata itu sangat mampu menggambarkan arti cinta yang sebenarnya terjadi sekarang. Merupakan sebuah kabut yang membutakan mata, kabut yang membuat orang lain tidak bisa melihat dan merasakan sesuatu yang kita rasakan, karena itu hanya bersumber dari sebuah dunia yang bisa menggelapkan hati dan pikiran anak muda sekarang jika ia tidak mampu untuk mengontrolnya. Hanya hantu yang berteriak-teriak dalam kalbu kita, namun justru kita sendiri yang tak mendengarnya tetapi mengikutinya. Sungguh ironis hal ini.

Dalam hal ini, pengorbanan yang diberikan dalam mencintai dan dicintai sangat penting untuk diperhatikan. Mereka terkadang hanya berkorban asal-asalan, dalam hal ini bentuk pengorbanan mereka itu hanya berupa kesenangan duniawi saja atau kesenangan sesaat yang memang mereka itu tidak memikirkan bentuk-bentuk investasinya nanti di masa yang akan datang. Hal ini yang perlu dirubah, namun untuk merubah itu tidaklah semudah membalik telapak tangan. Namun, lebih baiknya kalau kita memberikan sugesti-sugesti positif tentang bagaimana sebaiknya menghadapi cinta dan memberikan pengorbanan kepada cinta versi mereka sendiri.

Cinta sekarang sudah sangat jauh dan tidak sesuai dengan syariat agama Islam. Mereka sudah melegalkan yang namanya ciuman dan pelukan bahkan lebih dengan pacaranya. Mereka cenderung mengatakan “itu kan pacar saya, wajar donk kalo saya cium” itulah yang menjadi dasar mereka. Pacar. Mereka juga dituntut oleh lingkungan mereka, katanya, “hari gini ga ada pacar, kacian deh lu”. Statemen-statemen seperti ini yang perlu kita perhatikan agar kita bisa rubah dan menjauhkannya dari kehidupan kita sebagai anak muda yang baik-baik.

Sebuah slogan yang cocok buat kita sekarang adalah “pada saat dunia berkata, BUKTIKAN CINTAMU...!!!, kita orang-orang yang beriman, CINTA YANG SEJATI SABAR MENUNGGU”.
Sekian.
Selengkapnya...

Senin, 19 April 2010

Ketika Nabi Muhammad Datang Berkunjung



Jika Nabi Muhammad datang ke rumahmu,
Untuk meluangkan waktu sehari dua hari bersamamu,
Tanpa kabar apa-apa sebelumnya,
Apakah yang akan kamu lakukan untuknya?

Akankah kau sembunyikan buku duniamu,
Lalu kau keluarkan dengan cepat kitab hadist di rak buku?
Atau akankah kau sembunyikan majalah-majalahmu,
Dan kau hiasi mejamu dengan Qur'an yang telah berdebu?
Akankah kau masih melihat film X di TV,
Atau dengan cepat kau matikan sebelum dilihat nabi?
Maukah kau mengajak Nabi berkunjung ke tempat yang biasa kau datangi,
Ataukah dengan cepat rencanamu kau ganti?
Akankah kau bahagia jika Nabi memperpanjang kunjungannya,
Atau kau malah tersiksa karena banyak yang harus kau sembunyikan darinya?

Jika Nabi Muhammad tiba-tiba ingin menyaksikan,
Akankah kau tetap mengerjakan pekerjaan yang sehari-hari biasa kau lakukan?
Akankah kau berkata-kata seperti apa yang sehari-hari kau katakan?
Akankah kau jalankan sewajarnya hidupmu seperti halnya jika Nabi tidak ke rumahmu?

Sangatlah menarik untuk tahu
Apa yang akan kau lakukan
Jika Nabi Muhammad datang, mengetuk pintu rumahmu.

Sekian
Selengkapnya...

Minggu, 18 April 2010

Membenarkan Kebiasaan yang Belum Tentu Benar



Kebetulan tadi malam (17/4) saya mencoba ngutak-ngatik blog saya di bantu oleh senior saya. Karena menggunakan modem, yang sudah umum di Asrama Putra Induk STKS Bandung itu sinyalnya kurang, jadi kita berdua naik ke menara air, kebetulan di depan asrama tempat tinggi dan strategis hanya itu. 1 jam kami di atas situ mengedit segala macamnya tentang blog ini, suasana masih sunyi, biasanya juga ramai pada hari-hari biasa, berhubung karena malam minggu dan kebetulan di kampus ada acara seni DST, jadi masih agak sepi. Tapi setelah sekitar jam 11an, teman-teman semua sudah pulang dari kegiatan rutin mereka pada malam minggu (maklum saja anak muda), mereka-mereka itu melihat saya dan senior saya yang sedang serius menulis dan menatap laptop, di tengah gelapnya dago pojok. Karena mereka menganggap itu sebuah pemandangan yang ganjil, ketika ada orang belajar hal-hal yang positif, meskipun saya sadar kalau tempatnya mungkin tidak tepat, tapi itu merupakan sebuah hal yang mereka tetap saja menganggapnya nggak biasa. Saya berbisik ke senior itu, “kayaknya ada yang aneh deh....”. tapi dia cuek saja, meskipun tak lama setelah itu kami turun dari menara itu.

Gambaran anak muda sekarang ini, dikaitkan dengan materi kuliah yang belakangan ini sering saya gembar-gemborkan belakangan ini, psikologi perkembangan: tugas perkembangan dewasa awal, mereka itu cenderung untuk melakukan tugas perkembangannya secara teoritis, namun mereka belum bisa untuk melaksanakan dan mengaplikasikan hijab-hijab yang sudah ditentukan. Ketika mereka berdua dengan pacar mereka yang sebagaimana kita lihat kehidupan bandung, maka mereka akan melihat itu sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja (bukan mengeneralisir, cuma kejadian di asrama saja), dan alangkah anehnya ketika ada orang yang belajar dan ingin tahu sesuatu, namun itu tidak sesuai dengan pandangan mereka, padahal hal itu benar. Benar kata Dedi Mizwar, Alangkah Lucunya Dunia Ini, karena memang ada sesuatu yang melekat pada diri kita yang belum bisa kita sesuaikan dengan buda kita seharusnya. Mereka cenderung membenarkan tindakan-tindakan yang mereka anggap sering mereka lihat, dan belum tentu hal itu yang di benarkan, dilihat dari perspektif budaya dan agama (khususnya Islam).
Ketika pun mereka menganggap itu sebagai sesuatu yang baik maka terang saja mereka akan memandang itu secara miring, bukan berarti miring apaan, tetapi mirng versi mereka sendiri. Kalau saya bisa menyarankan kepada pembaca sekalian, benar apa kata seior saya yang fotonya terpampang di mading rehsos yang mengutip sebuah slogan yang sudah agak usang namun tetap berarti, jangan menilai seseorang dari luarnya....
Sekian.


Selengkapnya...

Sejarah Kaluku Lolo



Kemarin malam (17/4) ketika saya memperbaiki tampilan blog saya bersama senior, maka saya melihat kalau judul blog saya yang dulu “UNITED FOR CHILDREN, UNITED FIGHT HIV/AIDS” sepertinya sudah tidak general dan tidak lagi mendasi landasan utama tulisan-tulisan saya ini, jadi semalam saya berpikir kalau ini sebaiknya di ganti dengan sebuah nama yang genaral dan mencakup juga judul lamaku. Sepertinya Kaluku Lolo cocok untuk menjadi Judul Blogku sekarang.

Secara harfiah, Kaluku berasal dari bahasa Makassar yang artinya kelapa, Lolo artinya muda. Jadi kalau digabungkan Kaluku Lolo adalah kelapa muda. Kelapa disini memiliki bagian yang bisa di manfaatkan segala sesuatunya, mulai dari sabuknya, tempurungnya, daging buahnya, airnya, dan paranya. Semuanya itu bisa dimanfaatkan. Lolo saya ambil, berhubung saya masih muda dan merasa masih perlu berkembang dan mematangkan kemampuan yang saya miliki supaya bisa bermanfaat bagi orang lain, bangsa dan negara.
Mudah-mudah harapan harapan saya ini bisa tercapai sesuai dengan harapan yang telah dicita-citakan, dan saya mohon para pembaca menbeerikan dukungannya dan do’anya. Amin...
Sekian.


Selengkapnya...

Rabu, 14 April 2010

Mulut yang "BAU" Cerminan Hati Ini

Setiap manusia mempunyai perasaan yang sangat peka dan mempunyai tingkat perasa yang berbeda-beda. Perasaan ini sangat penting untuk dijaga dan diperhatikan jika melakukan interaksi dengan orang lain. Orang yang menjadi lawan bicara kita, selalu saja bisa menangkap maksud perkataan kita, baik itu dari segi materi pembicaraan, maupun maksud pembicaraan dari gaya bahasa dan cara berbicaranya. Oleh karena itu, yang perlu kita ingat adalah BAGAIMANA CARA MENGEMUKAKAN SESUATU YANG BAIK KEPADA ORANG LAIN.
Dalam ilmu psikologi, cara bicara seseorang bisa mencerminkan perasaan dan hati seorang pembicaranya. Jika pembicaraannya baik, maka banyak sedikitnya materi pembicaraan itu, pasti bisa dia amalkan. Begitu juga sebaliknya, jika materi dan bahan pembicaraannya tidak baik, maka banyak sedikitnya materi pembicaraannya itu, akan secara langsung maupun tidak langsung tercermin kepada perbuatannya, baik disengaja maupun tidak disengaja.



Hati dan pikiran (dalam hal ini otak) yang mampu mengolah segala bentuk hasil pembicaraan yang dibicarakan, akan sangat berpengaruh terhadap output atau respon dari lawan bicara. Jika lawan bicara yang kita ajak bicara sangat antusias mendengarkan pembicaraan kita, maka ini akan menjadi pembicaraan yang menarik antara keduanya. Maka pembicaraan tersebut masih sesuai dengan kepribadian dan tidak bertentangan dengan perasaan keduanya. Namun, jika salah satu lawan bicara kita sudah menunjukka perasaan dan perilaku yang berbeda dari biasanya, dalam hal ini sudah tidak memperhatikan lagi materi maupun maksud dan gaya bicara kita, maka pastikanlah ada sesuatu yang salah atau kurang berkenan dengan hati atau perasaan lawan bicara kita. Hal ini tentu tidak sesuai dengan harapan pembicaraan yang diinginkan oleh lawan bicara kita.
Saya sangat memperhatikan hal-hal tersebut dalam proses-proses yang saya lakukan sehari-hari dalam aktivitas kampus, organisasi, masyarakat, maupun di kamar asrama saya sendiri. Semua itu merupakan tempat saya bersosialisasi sehari-hari. Dalam proses-proses yang terjadi itu, saya melihat adanya bebrapa hal yang kurang bisa dimengerti oleh mereka terhadap apa yang saya maksud di atas. Mereka terkadang sudah melakukan sesuatu yang menurut saya sudah tidak saya sukai (versi saya) namun ini tetap saja berlanjut dalam proses sosialisasi tersebut. Proses ini berlangsung dalam waktu yang masih sebentar namun bisa saja terjadi dalam waktu yang lama ke depan. Untuk menjadikan hal tersebut kembali dalam koridor yang kedua belah pihak anggap sesuai dengan nilai yang berlaku dalam diri mereka sendiri selama belum melanggar nilai-nilai yang berlaku yang lebih luas lagi, maka diperlukan kesadaran pribadi masing-masing. Mungkin saja dengan membaca postingan ini, setiap pribadi-pribadi yang merasa bersosialisasi dengan orang lain, dapat memperhatikan materi dan cara bicaranya, karena mulut yang “bau”, bisa menjadi tolak ukur seseorang terhadap diri kita.
Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam tulisan ini, terdapat kesalahan. Sekian.

Selengkapnya...

Terima Kasih Telah Berkunjung Ke Blog Saya

"Magical Template" designed by Blogger Buster